Senin, 20 Oktober 2008

SeJaRah KotA NgAlAm

SEJARAH KOTA MALANG

Daerah Malang merupakan peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi. Peninggalan yang lebih tua seperti di Trinil (Homo Soloensis) dan Wajak - Mojokerto (Homo Wajakensis) adalah bukti arkeologi fisik (fosil) yang tidak menunjukkan adanya suatu peradaban. Peninggalan purbakala disekitar wilayah Kota Malang seperti Prasasti Dinoyo (760 Masehi), Candi Badut, Besuki, Singosari, Jago, Kidal dan benda keagamaan berasal dari tahun 1414 di Desa Selabraja menunjukkan Malang merupakan pusat peradaban selama 7 abad secara kontinyu.

Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 - 1451 (Kerajaan Majapahit).

MASA KERAJAAN KANJURUHAN

Kerajaan Kanjuruhan menurut para ahli purbakala berpusat dikawasan Dinoyo Kota Malang sekarang. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo ditemukan di Desa Merjosari (5 Km. sebelah Barat Kota Malang), di kawasan Kampus III Universitas Muhammadiyah saat ini. Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sebagaimana berikut :

  • Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang sakti dan bijaksana dengan nama Dewasimha
  • Setelah Raja meninggal digantikan oleh puteranya yang bernama Sang Liswa
  • Sang Liswa terkenal dengan gelar Gajayana dan menjaga Istana besar bernama Kanjuruhan
  • Sang Liswa memiliki puteri yang disebut sebagai Sang Uttiyana
  • Raja Gajayana dicintai para brahmana dan rakyatnya karena membawa ketentraman diseluruh negeri
  • Raja dan rakyatnya menyembah kepada yang mulia Sang Agastya
  • Bersama Raja dan para pembesar negeri Sang Agastya (disebut Maharesi) menghilangkan penyakit
  • Raja melihat Arca Agastya dari kayu Cendana milik nenek moyangnya
  • Maka raja memerintahkan membuat Arca Agastya dari batu hitam yang elok

Salah satu Arca Agastya ada di dalam kawasan Candi Besuki yang saat ini tinggal pondasinya saja. Bukti lain keberadaan Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut yang hingga kini masih cukup baik keadaannya serta telah mengalama renovasi dari Dinas Purbakala. Peninggalan lain adalah Patung Dewasimha yang berada di tengah Pasar Dinoyo saat ini.

MASA KERAJAAN MATARAM HINDU

Keturunan Dewasimha dan Gajayana mundur sejalan dengan munculnya dinasti baru di daerah Kediri yaitu Balitung, Daksa, Tulodong dan Wawa yang merupakan keturunan Raja Mataram Hindu di Jawa Tengah. Balitung (898 - 910) adalah Raja Mataram pertama yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinasti ini memusatkan kekuasaannya di daerah Kediri yang lebih dekat ke Jawa Tengah dibandingkan dengan bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. Pada masa ini Malang hanyalah sebuah wilayah yang tidak begitu penting kedudukannya.

MASA KERAJAAN KEDIRI, DAHA DAN JENGGALA

Dinasti berikutnya yang menguasai Kediri setelah kemunduran Mataram Hindu adalah keturunan Sindok, Dharmawangsa, Airlangga dan terakhir Kertajaya (1216 - 1222). Pada masa ini pusat kekuasaan beralih ke Daha / Jenggala sedangkan daerah Malang menjadi sebuah wilayah setingkat Kadipaten yang maju dan besar terutama sebagai dalam bidang keagamaan dan perdagangan, dipimpin oleh seorang Akuwu.

MASA KERAJAAN SINGOSARI

Singosari dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di tanah Jawa yang disegani diseluruh Nusantara dan manca negara. Singosari semula adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Raja Kediri yaitu Kertajaya. Kadipaten tersebut bernama Tumapel dipimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian direbut kedudukannya oleh Ken Arok. Ken Arok kemudian mengembalikan pusat kekuasaan ke daerah Malang setelah Kediri ditaklukkan. Selama 7 generasi Kerajaan Singosari berkembang pesat hingga menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Bahkan Raja terakhir yaitu Kertanegara mempermalukan utusan Maharaja Tiongkok Kubhilai Khan yang meminta Singosari menyerahkan kekuasaannya.

Singosari jatuh ketangan Kediri ketika sebagian besar pasukan Kertanegara melakukan ekspedisi perang hingga ke Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Namun tidak lama kemudian pasukan Kediri berhasil dipukul mundur oleh keturunan Kertanegara yaitu Raden Wijaya yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Pada saat yang hampir bersamaan Raden Wijaya juga harus menghadapi serbuan dari armada Tiongkok yang menuntut balas atas perlakuan Raja Singosari sebelumnya (Kertanegara) terhadap utusannya. Armada Tiongkok inipun berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya berkat bantuan dari Penguasa Madura yaitu Arya Wiraraja.

MASA KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.

Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru (Telaga Ranu Gumbolo) dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung Bromo - Tengger - Semeru serta Gunung Arjuna adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

ASAL USUL NAMA KOTA MALANG

Nama Batara Malangkucecwara disebutkan dalam Piagam Kedu (tahun 907) dan Piagam Singhasari (tahun 908). Diceritakan bahwa para pemegang piagam adalah pemuja Batara (Dewa) Malangkucecwara, Puteswara (Putikecwara menurut Piagam Dinoyo), Kutusan, Cilahedecwara dan Tulecwara. Menurut para ahli diantaranya Bosch, Krom dan Stein Calleneis, nama Batara tersebut sesungguhnya adalah nama Raja setempat yang telah wafat, dimakamkan dalam Candi Malangkucecwara yang kemudian dipuja oleh pengikutnya, hal ini sesuai dengan kultus Dewa - Raja dalam agama Ciwa.

Nama para Batara tersebut sangat dekat dengan nama Kota Malang saat ini, mengingat nama daerah lain juga berkaitan dengan peninggalan di daerah tersebut misalnya Desa Badut (Candi Badut), Singosari (Candi Singosari). Dalam Kitab Pararaton juga diceritakan keeratan hubungan antara nama tempat saat ini dengan nama tempat di masa lalu misalnya Palandit (kini Wendit) yang merupakan pusat mandala atau perguruan agama. Kegiatan agama di Wendit adalah salah satu dari segitiga pusat kegiatan Kutaraja pada masa Ken Arok (Singosari - Kegenengan - Kidal - Jago : semuanya berupa candi).

Pusat mandala disebut sebagai panepen (tempat menyepi) salah satunya disebut Kabalon (Kebalen di masa kini). Letak Kebalen kini yang berada di tepi sungai Brantas sesuai dengan kisah dalam Pararaton yang menyebut mandala Kabalon dekat dengan sungai. Disekitar daerah Kebalen - Kuto Bedah - DAS Brantas banyak dijumpai gua buatan manusia yang hingga kini masih dipakai sebagai tempat menyepi oleh pengikut mistik dan kepercayaan. Bukti lain kedekatan nama tempat ini adalah nama daerah Turyanpada kini Turen, Lulumbang kini Lumbangsari, Warigadya kini Wagir, Karuman kini Kauman.

Pararaton ditulis pada tahun 1481 atau 250 tahun sesudah masa Kerajaan Singosari menggunakan bahasa Jawa Pertengahan dan bukan lagi bahasa Jawa Kuno sehingga diragukan sebagai sumber sejarah yang menyangkut pemerintahan dan politik. Penulisan Pararaton sudah . Namun pendekatan yang dipakai para ahli dalam menyelidiki asal usul nama Kota Malang didasarkan pada asumsi bahwa nama tempat tidak akan jauh berubah dalam kurun waktu tersebut. Hal ini bisa dibuktikan antara lain dari nama Kabalon (tempat menyepi) ternyata juga disebutkan dalam Negara Kertagama. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa puteri mahkota Hayam Wuruk yaitu Kusumawardhani (Bhre Lasem) sebelum menggantikan ayahnya terlebih dahulu menyepi di di Kabalon dekat makam leluhurnya yaitu Ken Arok atau Rangga Rajasa alias Cri Amurwabumi. Makam Ken Arok tersebut adalah Candi Kegenengan.

Namun istilah Kabalon hanya dikenal dikalangan bangsawan, hal inilah yang menyebabkan istilah Kabalon tidak berkembang. Rakyat pada masa itu tetap menyebut dan mengenal daerah petilasan Malangkucecwara dengan nama Malang hingga diwariskan pada masa sekarang.

MASA KOLONIAL

Setelah kemunduran Kerajaan Majapahit yang terdesak oleh Kerajaan Mataram Islam, daerah Malang semakin ditinggalkan bahkan dijauhi karena kultus Dewa - Raja dan agama Hindu bertentangan dengan ajaran Islam. Peninggalan peradaban Hindu - Ciwa tidak lagi diperhatikan karena sisa pengikut Kerajaan Majapahit yang memeluk agama Hindu Ciwa menyingkir ke daerah Tengger dan keturunannya dikenal sebagai masyarakat Tengger sekarang.

Kedatangan bangsa kulit putih antara lain Portugis, Belanda dan Inggris pada akhirnya mengakibatkan kemunduran Kerajaan mataram sehingga Nusantara jatuh kedalam masa penjajahan. Dalam masa pertengahan penjajahan menurut Buku History of Java karangan Gubernur Jenderal Raffles (1812), Malang merupakan daerah perkebunan dibawah Kabupaten Pasuruan. Malang berkembang pesat setelah ada jalur kereta api dan dibukanya berbagai perkebunan terutama tebu untuk industri gula. Sampai saat ini dua pabrik gula peninggalan kolonial masih beroperasi yaitu PG. Krebet Baru dan PG. Kebon Agung.

MASA KEMERDEKAAN

Pada masa sesudah Proklamasi Kemerdekaan di Malang didirikan Pemerintah Daerah Sementara dan pada masa Perang Kemerdekaan (Clash I 1947 dan Clash II 1949) daerah Malang menjadi basis perjuangan baik politis maupun gerilya. Berbagai pasukan antara lain TGP dan pasukan Hamid Rusdi sangat terkenal dengan kegigihan dan keberaniannya. Salah satu pertempuran dahsyat dalam mempertahankan Kota Malang yang selalu dikenang adalah front Jalan Salak (kini Jalan Pahlawan Trip). Pada saat itu gugur 35 orang anggota Brigade 17 Detasemen I Trip Jawa Timur. Di bekas lokasi pertempuran tersebut kini didirikan Monumen dan Makam Pahlawan Trip. Makam Pahlawan yang lain terletak di Jalan Veteran tidak jauh dari Jalan Pahlawan Trip.

MASA ORDE LAMA

Pergolakan politis pada akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2 umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.

MASA ORDE BARU

Kota Malang berkembang pesat pada masa Orde Baru berkat perkembangan perekonomian yang semakin baik dan semangat masyarakat yang kuat untuk meraih hari depan yang lebih baik. Berbagai kegiatan pembangunan di segala bidang terus dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan.

MASA REFORMASI

Malang sebagai Kota Pendidikan juga menjadi salah satu barometer aksi yang menggulirkan reformasi. Ribuan Pelajar dan Mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan hak rakyat dan prinsip demokrasi hingga berhasil. Dan perjuangan terus dilanjutkan di daerah antara lain dengan mengupayakan pemilihan Pimpinan Daerah (Walikota) yang demokratis.

Minggu, 19 Oktober 2008

History Hugos Cafe

THE UNTOLD STORY OF HUGO’S CAFÉ JOGJA
REFRESH UR MEMORY ABOUT US


Kisah ini sengaja diangkat kembali untuk mengingatkan kepada para clubbers bagaimana Hugo’s Café Jogja bisa berdiri dan selalu memberikan entertainment yang selalu unik, different dan up to date bagi perkembangan dance scene kota Jogja. Dan tak lupa juga kisah ini ditulis untuk mengenang flashback 4 tahun perjalanan Hugo’s Café Jogja kebelakang….

Maret 2003
Sebenarnya saat itu Kami sedang merencanakan untuk membuka cabang di Semarang, dalam perjalanan menuju Semarang, iseng-iseng Kami menerima ajakan untuk main-main atau bahasa kerennya hang out sejenak di kota Jogja sekalian melihat-lihat perkembangan dance scene music kota Jogja. Saat itu, Kami sempat mengunjungi dua buah café dan Kami melihat bahwa pengunjung di café tersebut masih mengikuti pola clubbing gaya lama, yaitu clubbing dengan duduk tenang, nonton band dan ditemani oleh segelas soft drink atau bir…Spontan Kami berpikir ‘kok Jogja masih kayak gini yach? Waahh, kayaknya kalo kita masuk Jogja kita bakal bisa jadi kok’…Dari situlah Kami terus berpikir dan menganggap bahwa peluang itu tidak boleh disia-siakan! Akhirnya dari rencana awal yang tadinya bakal semalam saja di Jogja malah berlanjut jadi beberapa hari karena Kami bermaksud untuk mulai hunting lokasi. Lokasi yang pertama yang Kami dapat adalah di basement sebuah Department Store di Jl. Solo, tempatnya sich lumayan gede, Cuma roof-nya pendek banget, bentuknya aneh pula! Tapi ternyata itu satu-satunya tempat yang kita bisa dapat dan akhirnya Kami putuskan untuk mengambil tempat tersebut. Karena management building tersebut ada di Jakarta, so, Kami harus berangkat ke Jakarta. Udah capek-capek ke Jakarta ternyata penawaran harganya wuoooooowww..gak masuk blas! Langsung kami nge-drop banget dan Kami pikir Jogja emang belum rejeki Kami…

April 2003
Tanpa diduga, Kami mendapat tawaran dari Sheraton Mustika Hotel di lokasi Mini Malioboro, setelah melalui proses yang tidak terlalu sulit akhirnya tercapailah kesepakatan bahwa tempat tersebut akan jadi Hugo’s Café cabang kedua. Maka langsung dimulailah proses pembangunan dan berdasarkan instruksi dari pemilik gedung, Hugo’s harus dibuka tanggal 15 Juli, kalo telat berarti harus mundur sampai tahun depan karena itu salah satu hari baik di tahun 2003..Hanya dalam waktu tiga bulan Hugo’s harus udah jadi, dag..dig..dug..hati Kami saat itu, Hugo’s harus jadi padahal kjondisi bangunan saat itu bener-bener beraaattt…

Mei 2003
Pembangunan masih berjalan sekitar 30 %, padahal bulan Mei udah mau habis, gimana gak grogi en sport jantung..sementara aktivitas promosi kami jalankan terus dan Sumpah! Kami tidak pernah bagi-bagi brosur di outlet manapun di Jogja sebagaimana yang dituduhkan sampai saat ini, buat apa?Kami tahu bagaimana tata cara dan etika di dunia entertaint karena Kami sudah berkecimpung di dalamnya selama bertahun-tahun lamanya. Kami tidak akan sebodoh dan sepicik itu. Tapi yang benar adalah memang Kami dugem di beberapa tempat beramai-ramai dengan rambut kuning yang saat itu masih jadi style Kami. Tapi apa salahnya??? Wong Kami cuma mau dugem, bayar dan gak promosi apa-apa kok…Iya kan??

Juni 2003
Saat pembangunan Hugo’s lagi kenceng-kencengnya, tiba-tiba Kami harus berhenti karena Mini Malioboro dipakai buat acara oleh pihak Sheraton, duuuhh..rasanya jadi semakin grogi..tapi syukur udah lumayan sih karena pembangunan udah selesai sekitar 70%.

Juli 2003
Terpaksa break lagi untuk empat hari sampai tanggal 10, sebenarnya semua equipment udah masuk, tapi kursi dan meja belum jadi. Rasanya bener-bener makin mendebarkan. Sisa 4 hari untuk pembangunan dan Kami masih harus menyiapkan banyak hal untuk grand opening dan kami denger saat itu ada sebuah acara tandingan yang dibuat bareng dengan grand opening Hugo’s. Kami pun bingung, kenapa harus seperti itu? Kami emang denger banyak suara-suara gak enak tentang Kami, tapi hanya Tuhan lah yang tahu bahwa Kami tidak pernah berbuat jelek ataupun terkutuk dan niat Kami hanya sekedar ingin meramaikan dunia hiburan malam di Jogja dan yang bikin kami kaget karena dari pengalaman Kami selama ini di Surabaya, biasanaya semua pada saling kompak, pinjem-pinjeman minuman jika yang satu kehabisan, buat party rame-rame, saling meng-informjadwal party biar gak tubrukan, dll.dll…tapi yach seklai lagi, namanya orang baru, kami hanya pasrah tapi tekad kami makin kuat untuk membuktikan bahwa Kami bisa…
Masih di bulan ini juga, ada kejadian lucu saat Kami datang ke beberapa supplier, mereka sempat meng-under estimatekan Kami dengan target-target Kami, tapi untungnya Kami bisa yakinkan mereka akhirnya (dan dikemudian hari ternyata apa yang Kami janjikan kepada mereka terbukti juga)

15 Juli 2003
1800-an orang datang ke grand opening Hugo’s Café Jogja, dan mohon maaf saat itu kami sempat menolak 500an tamu yang datang karena tempat sudah tidak bisa menampung lagi, party yang bener-bener heboh!!! Padahal saat itu ada party-party lain di seluruh Jogja! Serunya lagi, masih sempat ada adegan mati lampu sampai 4 kali! Bikin pucet plus deg-degan pastinya!

15 Juli 2004
Kisah 1st Anniversary Hugo’s Pekanbaru tetap mendapat respon yang bagus dari para clubbers. Sekitar 1000 orang lebih masuk ke dalam venue ini. Ditengah party yang sangat meriah ini, Kami juga sedang melakukan prepare persiapan pembukaan Hugo’s yamh letiga yaitu di Surabaya, tapi tetap kami bertekad untuk tetap berkarya di Jogja meskipun otak kami terpecah-pecah…

15 Juli 2005
2 tahun telah kami lalui dengan sukses! Banyak seklai event-event yang digelar Hugo’s Café Jogja yang memang bener-bener unik dan fresh!

15 Juli 2006
Di sinilah berbagai pre party digelar di berbagai cabang di Hugo’s Café Malang, Surabaya dan Pekanbaru. Tahun yang cukup banyak tantangan bagi Kami. Tapi semuanya Kami lalui dengan penuh semangat dan tidak lupa juga berdoa kepada Tuhan demi terus suksesnya venue ini.

21 Juli 2007
Di tahun keempat ini Hugo’s Café makin menunjukkan taringnya. Biarpun ada berbagai competitor muncul yang akhirnya menjadi plagiator untuk event-event Kami, namun Kami tetap yakin bahwa kamilah trend setter dan Kami selalu menjadi sorotan dengan berbagai macam party yang kami suguhkan. Empat tahun telah kami lalui Hope that we can make you happy in the last 4 years.

Terima kasih atas semua dukungan berbagai pihak selama empat tahun ini dan semoga tahun-tahun mendatang kami dapat melakukan yang lebih baik untuk anda semua.

Pagiii..Hugo’s!!! Have a Nice Party!!!

Kamis, 16 Oktober 2008

Hai...

Ini blog pertamaku... he.. belajar buat blog sih maunya.. yah, tolong diisi yah commentnya.Thanks